Dalam lingkungan demikian sifat pemberani dan
keinginan menolong teman yang dimilikinya, seringkali membuat Aa mengalami
berbagai tindak kekerasan, perklelahian demi perkelahian harus ia lalui walau
lebih sering kalah dari pada menangnya, dengan segala keuletan yang didasari
oleh hasil didikan Akhlak dan ajaran Agama yang terus melekat, dirinya mampu
meng hadapi dan mengatasi berbagai rintangan hidup setahap demi setahap secara
pasti, hingga pada usia 13 tahun tindak kekerasan dan penganiayaan yang
dilakukan oleh sekelompok pemuda remaja dan manusia lain yang tidak bermoral
dan tidak bertanggung jawab nyaris merenggut jiwanya.
Bagaimana tidak, peristiwa pengeroyokan dan
penganiayaan yang dialaminya itu terjadi ditengah keramaian orang-orang yang
hanya bisa menjadi penonton dan sebagian lainya hanya mampu menjadi penganiaya,
dalam keadaan seperti itu Achmad Dradjat dituntut harus mampu bertahan hidup
dalam kesendirian, bukan mempertahankan diri sampai lupa diri. Sesungguhnya
dari kenyataan peristiwa tersebut sangat disadari hanya kerena Kebesaran dan
Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menghendaki nasib lain
sehingga Aa dapat terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.
Dari perkelahian ke
perkelahian itulah Achmad Dradjat secara alami dirinya tertempa dan terlatih
untuk menjawab tantangan hidup yang keras dan dari kerasnya kehidupan yang
dialami sifat fisik dan sikap mentalnya terbina dan terbiasa untuk menerima
kenyataan hidup secara realistis dan rasional. Kemampuan itu dimiliki karena
pada dasarnya, setiap mahluk hidup telah dibekali kemampuan gerak reflek untuk
bertahan hidup. Fikiran , rasa dan keyakinan tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masanya dan terbayangi sepanjang usia, baik kejadian itu berupa
musibah maupun anugerah, pengalaman tersebut pada dasarnya adalah bagian dari
proses pembelajaran dan pelatihan otot, 0tak serta nurani untuk menentukan arah
hidup yang lebih baik menuju pada kehidupan yang benar selaras dengan
kodratnya.
Berbagai macam kejadian
dan pengalaman hidup yang terjadi dalam lingkup pembelaan diri yang berasal dan
mengandalkan dari gerak reflek dan dorongan naluri ,insting atau garizah yang
terus terjadi secara berulang tersebut, mengasah otot, otak serta nuraninya
untuk terbiasa menghadapi berbagai ancaman dan terlatih untuk menjawab
tantangan hidup, yang berupa menjaga keselamatan dan kesehatan diri, menegakkan
dan mempertahankan kehormatan serta membela kemanusiaan.
Bersamaan dengan itulah
proses penciptaan gerak dan jurus dibentuk dan diuji dari perkelahian. Proses
ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental
dengan cara yang tersendiri dan mandiri. Gerakan tubuh yang kemudian menjadi
jurus ini, seluruhnya didasari gerak reflek yang alamiah.
Dari penempaan praktis
ini gerakan tubuh yang tercipta manjadi sangat efektif bagi suatu pembelaan
diri. Gerakan dan jurus serta metode latihan didasari kemampuan alamiah. Semua
ini sebenarnya dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa dikembangkan
secara mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup Tarung
Derajat "Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri."
Hingga menginjak usia
pemuda remaja, Achmad Dradjat telah menunjukan kemampuaan dan keunggulan dalam
menghadapi berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Achmad Dradjat juga
menularkan kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat lain
yang membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi
"Guru." Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian
Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda utama resminya kelahiran Ilmu Olah
Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad Dradjat.
Gelar "SANG
GURU" menjadi sebuah panggilan kehormatan dan penghargaan sekaligus
sebagai Saripati Jati Dirinya dari apa yang diperjuangkannya dalam menciptakan
ILmu Olah Raga Seni Pembelaan Diri TARUNG DERAJAT bagi murid-murid dan
Perguruan Pusat Tarung Derajat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar